• akan membuatmu lebih bangga

    Aku hanya ingin mengajak pembaca merenungkan betapa beratnya ‘perjuangan’ ayah dan ibu demi kebahagian anaknya. Miris sekali melihat anak jaman sekarang, yang ketika permintaannya (mau pacaran, minta dibelikan motor/mobil, HP keluaran terbaru, pengen uang saku banyak, minta ini, minta itu, dsb) tidak dikabulkan, justru marah-marah, ngambek, kabur dari rumah, dan menunjukkan sikap bermusuhan dengan orang tua mereka!? Juga sikap kita yg males-malesan, gak pernah belajar, suka ngebolos, tawuran, pergaulan bebas, dsb, sadarkah hal itu bisa membuat orang tua kita sedih!?
     mama papa tercinta

    Aku terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara yang semuanya laki-laki. Aku diberikan nama Muhammad Dimas Gilang Fajar Alfarizi, adek pertamaku Muhammad Hilman Bagoes Maulana, dan si bungsu Muhammad Defryan Tridya Isfandi. 
    bersama adek tercinta

    Mungkin disini aku pengen bercerita cerita hidup perjuangan mama papa mulai dari aku kecil sampai akhirnya aku bisa kuliah dan hampir melangkah sebagai seorang jobseeker. Yaahh papa seorang laki-laki yang lahir tanggal 7 Januari 1963 di Serang (Banten), mama lahir 27 September 1965 di Sidoarjo. Ketika aku kecil (dan tentunya mulai mengenal beberapa hal di dunia) aku baru tahu kalo papa ternyata hanya lulusan SMA, begitupun mama yang juga hanya lulusan SMA. Tapi alhamdulillah papa waktu itu ketrima kerja di PKHS (Pabrik Kemas Hampa Sidoarjo) Bulog di daerah Buduran lewat tes yang diadakan Bulog. Mungkin dari sini ya papa ketemu papa dan akhirnya berjodoh. hehehee
    Dalam perjalanan hidup keluargaku, papa selalu mengajarkan bagaimana selalu merawat apa yang kita punya, misal motor. Papa selalu mengajarkan untuk selalu mencuci motor minimal setiap hari Minggu. Itu papa ajarkan karena masa kecil papa yang bisa dibilang ga mulus (jauh dari mulu kehidupan masa remajaku ini). Papa dulu hanya seorang kenek angkot, yang memang setiap malam sehabis 'narik' selalu mencuci angkot yang sudah dipakai seharian. Dari sisi itu papa selalu menjaga barang yang dimiliki. Papa juga pernah cerita kalo waktu SMA dulu hanya untuk sekedar membeli sepatu voli (olahraga favorit papa) papa harus nyelengi dengan sabar. Dari cerita-cerita itu aku sungguh bersyukur masa mudaku bisa seperti ini, sungguh beruntungnya aku dan adik-adikku.

    Begitu juga mama. Kakek nenek (mbahkung & mbah putri) hanyalah seorang petani biasa. Meskipun mbahkung seorang carik (istilah untuk sekretaris desa), tapi mbahkung ga mau berhenti dari urusan di sawah. Mama selalu membantu mbahkung dan mbah putri untuk menanam padi di sawah, menjemur gabah, menggiling, dsb. 

    Dari semua latar belakang itu lah mama papa selalu mendidikku untuk bisa selalu mensyukuri apa yang dimiliki. Kata mama papa

    "Selalu mendongaklah ke atas untuk urusan agama dan pendidikan, niscaya kamu akan selalu merasa sangat jauh dari sempurna. Dan selalu melihatlah ke bawah untuk urusan materi, niscaya kamu akan merasa jauh lebih beruntung."
    Dan memang Allah itu Maha Adil. Berkat kegigihan, tanggung jawab dan kejujuran serta etos kerja papa yang tinggi dibantu mama yang merawat aku dan adik-adik dirumah, alhamdulillah papa berhasil menduduki jabatan yang cukup penting di saat usianya belum memasuki yang sewajarnya, papa udah dipercaya menduduki sebagai seorang pengawas internal meskipun usianya masih lebih muda dari batas wajar yang seharusnya. Papa memang sosok orang tua yang sangat terbuka dengan keluarga. Setiap dapet rejeki 'ceperan' dari atasannya pun dibuka bersama anak-anaknya. Papa memang hebat. Papa ga pernah lupa buat ngluangin waktu buat berkumpul bersama keluarga tiap akhir pekan. Meskipun tempat dinasnya dipindah-pindah. Pertama di Bojonegoro tahun 1998, selanjutnya di Bondowoso, di Jember, di Madiun, terus ke Bojonegoro lagi, dan sekarang alhamdulillah dipercaya sebagai Kepala Gudang Bulog Japanan (Malang).
    Sungguh kebanggan tersendiri memiliki orang tua seperti mereka, dan syukur tersendiri aku diberikan orang tua yang bertanggung jawab seperti mereka. Perhatian, sayang kepada keluarga, dan yang paling penting itu mereka sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka selalu bilang

    "Kamu Dimas, Bagoes, Dek Ryan sekolah yang bener yah. Sekolah yang pinter biar kelak bisa bikin mama papa bangga. Kamu sekolah aja yang tenang,masalah biaya sekolah biar mama papa yang mikirin. Kamu gausah mikir masalah biaya. Sekolah aja setinggi mungkin selama mama papa bisa nyekolahkan InsyaAllah mamapapa bakalan sekolahkan kok. Buat Dimas sekolah yang bener yah, biar jadi contoh buat adik-adik, nanti kalo udah kerja bisa bantuin sekolah adik-adik"
    Ya Allah makasih akan karunia yang Engkau berikan. Alhamdulillah sekali aku bisa sampai selesai mengenyam pendidikan sejauh ini. Saat ini aku udah lulus D3 dengan nama baruku Muhammad Dimas Gilang Fajar Alfarizi A.Md dan itu tandanya sudah saatnya aku mengejar mimpi dan cita-cita untuk tidak lagi meletakkan tangan di bawah. Sudah saatnya umur segini aku mulai berusaha mandiri menghidupi diriku sendiri.

  • 5 komentar:

    1. itulah orangtua...
      yang pertama tersakiti kalau anaknya tersakiti
      yang pertama mendoakan meski anaknya tdk minta didoakan

      semoga orangtua kita selalu sehat dan berumur panjang biar bisa ngeliat kita sukses!!!
      Amiiin

      BalasHapus
    2. bener banget cii...
      amin ya Allah, aku pengen menunjukkan kesuksesanku kelak (InsyaAllah) kepada orang tuaku kalo yang diberikan selama ini ada hasilnya

      BalasHapus
    3. aku pun gitu, semoga ada usia dan ada kesempatan...

      BalasHapus
    4. yups bener..semoga semua keluarga kita selalu diberi umur panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT amiinn

      BalasHapus
    5. ass.wr.wb..btw bapak kenal gak sama Pak Hasyim Sanuri?

      BalasHapus

    ADDRESS

    Bandung, Jawa Barat, Indonesia

    EMAIL

    muhdimasgfa@yahoo.com

    TELEPHONE

    +62 (ask)

    MOBILE

    +62 (ask)