Dimas Alfarizi

I am an Indonesian Traveler

Dimas Alfarizi

Indonesian Traveler

  • Bandung, Jawa Barat, Indonesia
  • +62 (ask)
  • muhdimasgfa@yahoo.com
  • dimasalfarizi.blogspot.co.id
Me

My Travel Map

Sidoarjo, Bojonegoro, Bandung, Banyuwangi, Denpasar, Malang, Surabaya, Pekalongan, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Solo, Kupang, Alor, Batam, Natuna, Kendari, Konawe Selatan, Bau-Bau, Makassar, Ambon, Tual, Langgur, Ternate, Labuha, Balikpapan, Berau, Derawan, Sintang, Putussibau, Kapuas Hulu, Ketungau Hulu

Sumatra 20%
Jawa 80%
Bali 65%
Kalimantan 20%
Sulawesi 40%
NTT NTB 10%
Maluku Malut 20%
Papua 5%

Most Important

You're the most important for me, even my job can't beat you for my life

Sujud Terakhir

Bagiku, di setiap sujud terakhir dalam sholatku, namamu selalu kulafadzkan dalam hati dengan penuh pengharapan dan rendah hati agar engkau yang terbaik bagiku untuk hidupku

Our Pray

Robbana Hablanaa Min Azwaajinaa Wadzurriyatinaa Qurrota A'Yun Waj'Alnaa Lil Muttaqiina Imaamaa

Just Want To Say

I Love You Devianti Nurhawati -MDGFA-

Our Love

S N Z

Just Want To Say

Every love story is beautiful, but Ours is My Favorite -DN-

Indonesian Traveler
Indonesian Traveler
0
Engineer
0
Officer
0
Father
  • Rekam Jejak 2010

    Rekam Jejak 2010

    Terkadang seseorang menganggap suatu waktu di saat dia sial adalah waktu yang buruk bagi dirinya. Bahkan mungkin waktu itu ga bakal dilupain sampe kapanpun terutama bagi seseorang yang sangat mudah mendapati apa yang namanya 'trauma'. Sesungguhnya, bagi saya sendiri, terkadang memiliki pemikiran seperti itu, cukup menyakitkan memang apabila mengalami bad incident

    Tetapi sesungguhnya kehidupan itu berputar, terkadang di atas terkadang di bawah. Selalu berputar seperti roda. Itu sudah jalan hidup dari Sang Khaliq. Namun yang terpenting dari itu, bukanlah penyesalan dan trauma tiada akhir yang kita butuhkan, melainkan bagaimana kita bisa bangkit di masa yang akan datang. Allah menyukai orang yang bisa bangun dari tidurnya, memperbaiki yang buruk di masa lalu dan berdiri tegak optimis menatap masa depan yang lebih baik di segala aspek.

    Tulisan ini hanya untuk sekedar mengingatkan (bagi diri saya sendiri) apa yang buruk dan apa yang baik di tahun 2010 ini. Yang buruk sebisa mungkin dihilangkan, yang sudah baik minimal dipertahankan atau lebih bagus lagi kalau bisa ditingkatkan.

    Januari 2010 :
    • Membuat sebuah harapan yang seharusnya tidak sulit, harapan itu adalah "saya bisa wisuda Oktober 2010"
    • Papa ulang tahun ke 47 tanggal 7 Januari 2010

    Februari 2010 :
    • Wawancara Olimpiade 2010, satu pertanyaan krusial "lo pilih Olimp atau PA?" dan gw jawab OLIMP

    Maret 2010 :


    April 2010 :
    • Alhamdulillah gw ketrima ekstensi S1 IT Telkom
    • Ulang tahun ke 21, kamar dicoret-coret sahabat terbaik dan tetep masih make a wishbakalan wisuda Oktober 2010
    • Alhamdulillah FB gw diblock tanpa alasan yang jelas

    Mei 2010 :
    • Jadi saksi Persibo Bojonegoro juara Divisi Utama "Liga Joss 2010" di Std Manahan Solo
    • Dek Bagoes ulang tahun ke 18 tanggal 16 Mei 2010

    Juni 2010 :
    • Trip to Karimunjawa with 20 others

    Juli 2010 :


    Agustus 2010 :
    • Flat, datar...

    September 2010 :
    • Fix gw gabisa lulus ontime :( dan ekstensi gw angus. Maafin dimas ya ma, pa
    • Mama ulang tahun ke 45 tanggal 27 September 2010

    Oktober 2010 :
    • Hanya bisa menundukkan kepala melihat teman seangkatan saya diwisuda

    November 2010 :
    • 24 November 2010 sore Andhika Nugroho mengingatkan waktu pendaftaran sidang tinggal 1 bulan lagi, START AND FIGHT!!!

    Desember 2010 :
    • Alhamdulillah gw ditunjuk sebagai SC SNG Olimpiade 2011 bersama Khairunnisa Alhumaira
    • Dek Ryan ulang tahun ke 15 tanggal 20 Desember 2010
    • Menutup tahun dengan optimis Januari 2011 bakalan sidang, alhamdulillah udah dapet ACC maju sidang dan siap menatap 2011 dengan cerah, amin. Papa InsyaAllah kelulusan ini Dimas dedikasikan buat ultah papa yang ke 48 tanggal 7 Januari kelak. Makasih mama, papa, Dimas bakalan memberikan sesuatu yang bisa membanggakan buat mama papa
    Dan akhirnya hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010, tapi yang patut dicatat "ini bukan hari terakhir dalam hidup gw". Jalan hidup ini InsyaAllah masih panjang, harus bisa lebih baik lagi ke depannya. Tahun ini saya tutup dengan permohonan maaf kepada Allah SWT, kepada mama papaku tercinta, dan kepada semua orang yang telah saya sakiti entah sengaja ataupun tidak sengaja. Mari kita tatap tahun 2011 dan tahun-tahun berikutnya dengan kepala tegak serta optimis. 

  • Surat Untuk Firman

    Surat Untuk Firman

    Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

    Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.


    Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.


    Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang.

    Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa.

    Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan.

    Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan.

    Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.


    Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!


    disadur dari :
    http://forum.detik.com/surat-untuk-firman-t226787.html 
  • 26

    26

    26 DES 2004 Tsunami Aceh
    26 MEI 2006 Gempa Jogja
    26 JUNI 2009 Gempa Tasik
    26 OKTOBER 2010 Letusan Merapi+Tsunami Mentawai
    26 NOVEMBER 2010 Timnas kalah 3-0
     
    Ada apa dengan 26? Dalam Al-Qur'an Surat 26 (Asy-Syu'ara) yang di dalamnya tentang adzab Allah
     
     Tapi lihat deh...

    Hahahahaaa... 26 April 1989 itu tanggal lahir gw & bagi gw "26" itu nomer farvorit gw, hayooo lhooooo...

    Tapi gw tetep yakin, itu hanya suatu kebetulan. Sejatinya jalan hidup seseorang termasuk gw *ya iyaalah gw juga orang* itu udah ada yang ngatur, yaitu Yang Kuasa. Percayalah :
    1. Allah telah menggariskan hidup sesorang, kita sebagai manusia yang terus berusaha untuk mengubah kehendak itu tentu untuk mendapatkan hal yang terbaik bagi diri kita.
    2. Selalu berikan sugesti positif & optimis bagi diri kita sendiri, sugesti itu akan menjadi doa & keyakinan bagi diri kita, InsyaAllah berakhir indah.
       
      Kata mama: "Ya semoga itu menjadi tanggal yang istimewa karena berhubungan dengan perintah Allah tentang istimewanya sholat.. Ga ada salahnya kita harus berhati-hati pada hari ini dan seterusnya. Semoga Allah melindungi kita semua, amin"
  • GBK bikin gemetar

    GBK bikin gemetar

    Nulis ini di tengah kesibukan, kepuyengan, kesetresan & keautisan gw ngerjain apa itu yang namanya Proyek Akhir alias PA (ga penting banget)

    Ini sih pengalaman pribadi gw masuk yang namanya Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Sebagai pecinta sepakbola, malah mungkin bisa disebut suporter yang bener-bener fanatik, gw dah pernah duduk di bangku penonton kebanyakan stadion di Pulau Jawa. Sebut aja Std Delta Sidoarjo, Std Manahan Solo, Std Gajayana Malang, Std Kanjuruhan Malang, Std Siliwangi Bandung, Std Jalak Harupat Bandung, dan banyak stadion kecil yang ga bakal bisa gw sebutin 1 per 1. Tapi ini pertama kali gw nginjakin kaki si SUGBK, memang kedengeran aneh tapi emang gitu adanya.

    Semifinal 2nd leg AFF Cup 2010 antara Indonesia v Filipina jadi 'kunjungan' pertama gw di SUGBK, bareng rombongan kampus berangkat dgn 2 bis. Bisa dibilang gw speechless ketika pertama kali sampe disana, bukan karena gw kaget ma GDnya stadion ini, tapi speechless gara-gara antusiasme publik bola Indonesia yang begitu hebat. Hampir semuanya ber'jersey' merah ala GARUDA MERAH PUTIH.

    Kick off pertandingan jam 19.00 tapi begitu masuk stadion jam 16.45 ternyata tribun atas udah hampir penuh, dan yang paling membuat dada bergetar, nyanyian & dukungan serta teriakan 'INDONESIA INDONESIA' sudah membahana di dalam SUGBK. Tak lupa juga nyanyian (yang populernya hampir menyamai Lagu Kebangsaan) 'Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin hari ini pasti menang'. Itu baru 'check sound' suporter doang lho...

    Begitu bus pemain timnas masuk stadion, suasana lebih meriah lagi, teriakan suporter makin kenceng.
    Apalagi pas pemain GARUDA mesuk lapangan untuk pemanasan, busyeettt dah tribun atas ini kayak mau roboh, goyang dan bergetar seiring semangat suporter yang makin panas dan makin memenuhi SUGBK.

    Yang paling gw inget, moment krusial, National Anthem Indonesia Raya dinyanyikan, wuuiihhhh dada ini bergetar, sambil megang Garuda di dada jersey Indonesia yang gw pake, nyanyi ini hampir aja meneteskan air mata. Sungguh hebat, ga kebayang andaikan gw yang turun di lapangan situ, gimana groginya maen di hadapan suporter yang begitu hebat, begitu garang memberikan teror buat tim lawan.

    Kick off dan pertandingan berjalan, cukup mengesankan permainan Timnas Garuda waktu itu. Umpan satu dua, sprint, dan tebasan dari sisi manapun membahayakan gawang Filipina. Dan akhirnya menit ke 42 sebuah banana shoot dari 'El Loco' Gonzales membuat tribun ini semakin bergetar, yaaaa GOOOAAALLLL....!!!!!!!

    Alhamdulillah sampe peluit akhir berbunyi, Indonesia tetap memimpin dan akhirnya lolos ke final dengan agregat 2-0. Tapi sayang, final 2nd leg 29 Desember 2010 kelak gw gabisa datang lagi di tribun untuk menjadi pemain ke12 yang ada di SUGBK. Tapi gw selalu berdoa, agar Timnas GARUDA bisa mengganyang MALINGSIA di final AFF Cup 2010. SEMOGA!!!









  • Open recruitment OC Olimpiade 2011

    Open recruitment OC Olimpiade 2011

    Open recruitment OC OLIMPIADE 2011! Semua jurusan, angkatan 2008-2010. Formulir dapat diambil di Kopma, Callisto, Rajawali, Pochit, Artha, Nugraha Aji mulai tanggal 16 Desember 2010. Pengembalian formulir bisa dilakukan di mading BEM Gd. B dan mading Kopma mulai 18 Desember 2010. CP : Imam (08995191731) ; Kemal (085697258636)
     Formulir juga bisa didownload di link ini

    http://www.4shared.com/document/aViaLeUc/FORMULIR_PENDAFTARAN_Olimp_201.html
  • Kritik atas Spanduk Nurdin Halid di GBK

    Kritik atas Spanduk Nurdin Halid di GBK

    disadur dari www.detiksport.com
    Jakarta - Nurdin Halid membuat satu lagi kesalahan besar saat Piala AFF berlangsung di Jakarta. Fenomena spanduk di Stadion Gelora Bung Karno, yang adalah katedral-nya sepakbola Indonesia, adalah sebuah penodaan atas keluhuran stadion.

    Kita tahu, dalam sepakbola, stadion adalah segalanya. Para pemuja sepakbola ada yang menyebutnya sebagai gereja, kuil, atau altar -- ringkasnya: tempat paling adiluhung dalam perayaan sepakbola. Di sanalah, di stadion itu, semua urusan akan diselesaikan atau justru akan dimulai, segala cerita akan dibangun atau mungkin dihancurkan, emosi akan dikerek ke udara atau malah akan terbantun seketika.

    Di level itu, stadion adalah sebuah "public-space", tempat keragaman suara dirayakan, tempat warga punya ruang untuk mengekspresikan semangat (komunalisme). Ia adalah altar di mana kebebasan seorang suporter bisa dikerek setinggi-tingginya, sekaligus ia pula yang mempertanggungjawabkan dan menanggung risiko atas kebebasan yang dirayakannya di sana.

    Stadion, sekali lagi, adalah puncak pengalaman dalam melibatkan diri dengan sepakbola -- apapun posisi Anda, sebagai pemain, suporter, wasit, sampai presiden sebuah federasi sepakbola.

    Tentu saja stadion membutuhkan "keteraturan" tersendiri. Semua studi antropologi tentang ritus-ritus juga selalu menemukan adanya "keteraturan", "pola", "rukun", dll. Dalam upacara sepakbola di stadion, keteraturan terutama terkait dengan isu keamanan, baik isu keamanan yang sifatnya fisikal maupun keamanan di level non-fisikal (misalnya: isu rasisme). Ini sudah jadi standar di mana pun, tentu saja dengan gradasi yang berbeda-beda di tiap tempat, tergantung kesiapan, juga tergantung intensitas duel yang sedang di gelar di stadion.

    Tapi di luar isu keamanan itu, upacara sepakbola di dalam stadion sudah sepatutnya dibiarkan berlangsung secara alamiah dan bergulir secara organis. Upaya pembatasan pada kelangsungan upacara sepakbola, apalagi hanya sekadar untuk menjaga kepentingan seseorang, adalah pengingkaran terhadap sepakbola sebagai sebuah peristiwa, sepakbola sebagai sebuah event, sepakbola sebagai sebuah upacara dan perayaan.

    PSSI dan Nurdin Halid, saya kira, telah melakukan dua hal tidak patut yang membuat keduanya layak didakwa telah menodai keluhungan Stadion Utama Gelora Bung Karno sekaligus upacara perayaan sepakbola ini.

    Pertama, PSSI dan Nurdin Halid telah membatasi stadion sebagai cagar alam kebebasan bersuara para suporter. Nurdin dan antek-anteknya memasang spanduk-spanduk yang menguntungkan dirinya sendiri. Nurdin boleh saja berkilah bukan dia yang memasangnya. Tapi fakta bahwa spanduk-spanduk itu sudah terpasang jauh sebelum suporter berdatangan tak bisa membuatnya mengelak.

    Tentu saja kita bisa katakan bahwa seorang PSSI dan Nurdin pun boleh dan berhak bersuara. Hanya saja, jika demikian argumennya, maka PSSI dan Nurdin juga tak punya secuil pun hak untuk memberangus spanduk dan poster-poster yang mengkritik dan menghujatnya. Itu baru adil.

    Tapi keadilan itu tidak terjadi. PSSI dan Nurdin dengan sewenang-wenang melarang para suporter dan pemuja sepakbola membawa spanduknya sendiri ke dalam stadion. Tas digeledah di pintu masuk Stadion (bukan untuk menyita benda-benda berbahaya seperti pisau, misalnya) tapi justru untuk menyita spanduk-spanduk, apa pun isi dan bunyi spanduknya.

    Jika pun dalam Stadion Gelora Bung Karno akhirnya masih terpasang spanduk-spanduk, spanduk itu masuk karena kerja-keras para suporter untuk mengakali aparat-aparat yang sudah di-set up untuk menjaga ketunggalan-suara (monophone) dan memberangus keragaman-suara (polifhone).

    Kami harus bertarung urat syaraf dengan orang-orang berkaos merah berlengan hitam (yang masuk ke stadion tanpa tiket) sepanjang 80 menit agar bisa memasang spanduk dalam laga tim nasional melawan Laos. Itu pun tidak bertahan lama, hanya sekitar 5-8 menit. Orang-orang dengan handy-talkie di tangan segera memberangus spanduk itu. Jika Presiden saja bisa membiarkan dirinya dikritik dan dihujat, kenapa PSSI dan Nurdin Halid merasa harus diistimewakan?

    Orang mungkin berpikir bahwa sweeping hanya berlaku untuk spanduk yang mengkritik PSSI dan Nurdin Halid. Ternyata salah. Spanduk yang mendukung nama seorang pemain di tribun selatan atas, dalam laga versus Thailand kemarin, dipaksa untuk diturunkan oleh  preman-preman yang dikerahkan. Hanya karena kekompakan suporter di tribun selatan sajalah preman-preman itu akhirnya "mengalah" dan membiarkannya.

    PSSI dan Nurdin Halid hanya mengizinkan spanduk-spanduk yang mereka buat sendiri. Spanduk-spanduk dengan cetakan yang bagus, dengan font yang rapi, dengan kalimat-kalimat yang formal layaknya seorang siswa sedang belajar SPOK (subyek, predikat, obyek, keterangan).

    Apa yang terjadi? Bagi saya, Stadion Gelora Bung Karno, kehilangan sejumlah hal yang paling alamiah. Alih-alih membakar semangat, spanduk-spanduk PSSI itu malah membuat secara visual stadion terasa begitu formal dan kaku. Terasa benar sebentuk keteraturan yang dipaksakan, bukan gelora yang membuncah secara alamiah. Bagusnya suporter Indonesia tak henti-hentinya bernyanyi; laku yang membuat stadion Gelora Bung Karno bisa tetap terjaga auranya yang magis.

    Pertanyaannya: adakah federasi sepakbola di dunia ini yang hanya mengizinkan stadion diisi oleh spanduk yang dibuat oleh federasi sepakbola sendiri?

    Kedua, PSSI dan Nurdin Halid terbukti "mengotori" keluhungan Stadion Gelora Bung Karno dengan memasukkan suporter bayaran dan preman-preman bayaran.

    PSSI dan Nurdin boleh berkilah, tapi perilaku orang-orang itu tak bisa membuat mereka menyangkal. Sebelum laga, mereka berkumpul di depan Kantor PSSI, dengan kaos merah berlengan hitam, lalu sebagian dari mereka mengawal Nurdin Halid masuk ke stadion (tentu tanpa tiket), sebagian lagi menyebar ke semua sektor, menjaga spanduk-spanduk bikinan PSSI dan Nurdin Halid, dan saat jeda masing-masing mendapat jatah nasi bungkus. Dalam laga melawan Thailand, orang-orang berbadan kekar berkeliaran di tribun selatan atas, memaksa beberapa spanduk yang dibawa suporter untuk diturunkan.

    Harian TopSkor (6 Desember 2010, hal. 14) melaporkan bahwa mereka disuplai oleh seseorang yang mereka panggil Pak Yapto Suryo Sumarno, dengan upah 60 ribu rupiah, berikut kaos, jatah nasi bungkus dan tiket cuma-cuma.

    Dengan mengizinkan suporter bayaran dan preman-preman bayaran itu masuk ke stadion, PSSI dan Nurdin Halid justru telah memperlakukan laga tim nasional tak ubahnya sebagai sebuah kampanye partai politik. Dengan itu, PSSI dan Nurdin Halid telah memperlakukan laga tim nasional sebagai miliknya, bukan perayaan kolektif para pemuja sepakbola dan pendukung tim nasional Indonesia.

    Dengan alasan inilah, kita patut menolak kenaikan harga tiket semifinal Piala AFF.

    Sejujurnya, kenaikan harga tiket adalah hal wajar. Harga tiket babak penyisihan dengan semifinal wajar saja berbeda. Tapi, kenaikan harga tiket itu tak bisa diterima jika PSSI dan Nurdin Halid masih membiarkan orang-orang bayaran dan preman-preman itu masuk ke stadion. Para pemuja sepakbola dan suporter tim nasional bayar tiket mahal-mahal, ealah... PSSI dan Nurdin malah membiarkan antek-anteknya masuk tanpa tiket. Jika mau egaliter dan solider, seorang Nurdin Halid pun harusnya masuk dengan membeli tiket.

    Percayalah, para pemuja sepakbola di Indonesia tak akan membiarkan tim nasional bertanding tanpa dukungan. Tanpa suporter bayaran pun Stadion Gelora Bung Karno akan sesak dengan para suporter yang tak akan lelah-lelahnya bernyanyi untuk Bambang Pamungkas, Christian Gonzales, dkk. Menyelundupkan suporter bayaran sama saja meragukan kecintaan publik sepakbola Indonesia pada tim nasional Indonesia.

    Ingat, ini tim nasional Indonesia, bukan tim PSSI. Tim nasional adalah milik orang Indonesia, bukan punya PSSI dan Nurdin Halid. Catat juga: Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah milik bangsa Indonesia, dan jelas-jelas bukan milik PSSI atau Nurdin Halid.

    Saya (juga para pemuja sepakbola yang lain) selalu dan akan selalu datang ke Senayan untuk tim nasional, tapi jelas bukan demi PSSI apalagi Nurdin Halid.



    ===


    *Penulis adalah pencinta sepakbola, editor di Indonesia Boekoe. Tulisan adalah opini penulis dan tidak mencerminkan pendapat redaksi detiksport.
  • syukur hari ini :)

    syukur hari ini :)

    Alhamdulillah udah sampe rumah, setengah hari ini gw ngrasa hidup gw berarti banget. Makin optimis mengejar 24 hari lagi. Bismillah

    Dalam perjalanan mengejar cita-cita yang tinggal 24 hari lagi, InsyaAllah gw masih tetep meluangkan waktu utk membantu teman yg butuh bantuan :)

    Merasa hidup gw lebih berarti hari ini, Alhamdulillah ya Allah

  • ADDRESS

    Bandung, Jawa Barat, Indonesia

    EMAIL

    muhdimasgfa@yahoo.com

    TELEPHONE

    +62 (ask)

    MOBILE

    +62 (ask)